Setelah terungkap bahwa juara Formula 1 empat kali, Alain Prost, menerima pesan-pesan kebencian di dunia maya terkait persaingan sengitnya dengan Ayrton Senna, Presiden FIA, Mohamed Ben Sulayem, berjanji akan mengambil tindakan.
Persaingan pembalap asal Prancis itu dengan kampiun tiga kali merupakan era yang menentukan di F1. Namun kini, lebih dari 30 tahun setelah pensiun sebagai pembalap, ia ingin beralih dari bagian kariernya tersebut.
Perseteruan Prost dan Senna memang sangat legendaris, mencapai puncaknya saat Grand Prix Jepang 1989. Dengan kebutuhan Senna untuk memenangi balapan kedua dari belakang dan balapan terakhir di Australia, kedua mobil bertemu hanya tujuh lap menjelang akhir balapan. Mobil Senna didorong kembali ke lintasan tetapi kemudian didiskualifikasi. Hal ini membuat Prost memenangi kejuaraan, namun banyak yang menduga bahwa ia sengaja menyebabkan tabrakan tersebut.
Puluhan tahun kemudian, Prost masih dipaksa untuk mengingat kembali tahun-tahun tersebut saat ia menerima pesan demi pesan tentang hal ini.
“Saya tidak bisa tidak memikirkan Ayrton, untungnya atau sayangnya,” katanya. “Sebagai contoh, saya mempertimbangkan untuk mematikan Instagram saya, karena saya menerima pesan setiap hari, benar-benar setiap hari tanpa terkecuali – dari waktu ke waktu ada pesan yang penuh kebencian, dan itu bisa saja terjadi.”
Terlepas dari berbagai gelar dan pertarungannya dengan beberapa pembalap terhebat dalam olahraga ini, pria asal Prancis ini mengakui bahwa warisannya masih terkait dengan Senna.
“Basis penggemar terbesar saya di media sosial berasal dari Brasil, dari semua tempat, jadi saya dipaksa untuk memikirkannya. Secara tidak langsung, saya telah hidup dengan cerita ini selama 30 tahun, dan mungkin akan tetap seperti itu selama sisa hidup saya,” tuturnya.
Setelah itu, Sulayem mengunggah sebuah pernyataan di Instagram story-nya yang mendukung mantan pembalap tersebut.
“Saya mendukung mantan juara dunia Alain Prost dan sedih mendengar pelecehan yang dialaminya di media sosial,” tulis pernyataan tersebut. “Saya mendirikan kampanye United Against Online Abuse untuk mendorong kesadaran dan tindakan, untuk memerangi ancaman yang terus meningkat terhadap komunitas kami, dan untuk terlibat langsung dengan platform sosial untuk menargetkan masalah ini pada sumbernya.
“Koalisi ini bergantung pada komunitas olahraga yang bersatu, dan kita harus terus bersatu dalam perjuangan ini.”